Skip to main content

SISILIA-NYA KALIMANTAN

Memandang kota Balikpapan dari ketinggian komplek Pertamina di Gunung Dup (walaupun lebih cocok disebut bukit Dup) serasa berada di daerah Sisilia-Italia. Bagaimana tidak, struktur geografis kota ini, dimana beberapa meter saja dari pantai jalannya sudah menanjak naik.

Adapula rumah-rumah dipinggir pantai yang letaknya diatas bukit, sehingga kalau malam hari terlihat seperti daerah diluar negeri mirip daerah Sisilia-Italia (walaupun belum pernah kesana... hehehe... ngeliatnya dari foto doank...). Apalagi dipinggir laut banyak kapal-kapal besar berseliwiran.



Uniknya lagi, menurut seorang teman yang sudah lama tinggal disana, penduduk asli kota tersebut adalah pendatang semua alias tidak ada. Kota yang telah mendapatkan Piala Adipura sebanyak 13 kali berturut-turut ini (kalau tidak salah ya...) cukup bersih, walaupun tahun ini gagal mendapatkan Piala Adipura lagi. Seperti kota-kota di Kalimantan pada umumnya, Balikpapan dikenal aman. Untuk parkir kendaraan saja, pengelola gedung perkantoran jarang yang menggunakan Secure Parking dan sejenisnya seperti di Jakarta.

Balikpapan juga memiliki pusat penjualan batu mulia dan oleh-oleh seperti Martapura-nya Kalsel, namanya Pasar Kebun Sayur. Di pasar ini dijual bermacam-jenis batu mulia, dari batu akik sampai berlian. Kerajinan khas kota Balikpapan bisa dibilang tidak ada, kerajinan yang dijual dipasar ini kebanyakan dipasok dari kota Samarinda, seperti baju, sarung, songket, dsb.

Alam Indonesia itu indah ya... tinggal bagaimana orang-orangnya bisa mengolah dan merawatnya...

Share on Facebook

Comments

Anonymous said…
Halo Bung Rizal. Thank's ya utk komentarnya. Saya anggota TNI? Haha, bisa saja :) Kalau ada waktu terus sambangi 'sekolah maya' saya ya di http://www.lifeschool.wordpress.com (the 1st Daily Updated Indonesian Blog)

Popular posts from this blog

Jam Gadang dan "Sutan Gigi Ameh"?

Jam Gadang, mungkin sudah tidak asing lagi bagi orang Minang - Sumatera Barat atau mereka yang suka traveling ataupun pemerhati sejarah. Jam yang merupakan landmark kota Bukittinggi ini dibangun pada tahun 1926, dan merupakan hadiah dari Ratu Belanda (Wilhelmina) untuk pengawas/sekretaris kota waktu itu. Pada awalnya, puncak Jam Gadang dihiasi dengan patung ayam jantan, mungkin untuk melambangkan penunjuk waktu karena ayam jantan suka berkokok dipagi hari. Pada zaman penjajahan Jepang, puncak Jam Gadang diubah menjadi Jinja (atap kuil Shinto Jepang). Setelah kemerdekaan, diubah lagi seperti sekarang ini yang menyerupai atap rumah tradisional Minang (Rumah Gadang). Jam Gadang ini dibangun dengan dana sekitar 3000 Gulden (sumber  wikipedia ) dengan arsitek Yazin dan Sutan Gigi Ameh. Yang menarik disini Yazin dan Sutan Gigi Ameh itu orang mana? Satu orangkah (Yazin Sutan Gigi Ameh) atau dua orangkah (Yazin dan Sutan Gigi Ameh)? Kalau Sutan Gigi Ameh dari namanya bisa disimpulkan ada

NEOBUX.COM, Website PTC (Pay To Click) dengan pembayaran online dan realtime!

Beberapa bulan yang lalu, iseng dan sekedar ingin mencoba, saya ikut daftar jadi angota NEOBUX.COM . Website ini menawarkan bayaran bagi pengunjung (terdaftar) yang meng-klik iklan yang ditampilkan. Cukup banyak sih website yang menawarkan layanan ini, namun yang benar-benar langsung dibayar, saya baru menemukan website ini. Pembayaran dilakukan seketika pada saat kita cashout dollar yang kita kumpulkan. Bayarannya pun cukup tinggi dibanding website serupa lainnya yaitu USD0.01 per-klik, sementara website lainnya berkisar USD0.005 per-klik. Untuk pembayarannya, pengunjung minimal harus sudah mengumpulkan USD1 (payment pertama), USD 2 (payment kedua), USD 3 (payment ketiga), dan seterusnya sampai USD 10 (payment kesepuluh dan seterusnya). Namun untuk bisa menerima pembayaran, harus punya account paypal atau alertpay atau neteller . Jika disimulasikan sehari ada 4 iklan yang diklik, maka penghasilan sebulan sekitar USD 1,2. Kecil ya? Iya jika sendiri dan tidak jika punya refferal

SALUANG - Alat Musik Tradisional Minang

Saluang adalah salah satu alat musik tiup yang unik. Untuk meniupnya saja diperlukan keahlian tersendiri, karena alat musik tradisional Minang ini terbuat dari bambu tanpa ada “reed” atau buluh yang dibuat untuk menghasilkan suara. Dengan empat buah lobang di badan saluang, pemain saluang bisa menghasilkan nada yang lebih dari 4 nada. Keunikan lainnya, pemain saluang bisa meniup saluang secara terus menerus tanpa henti, karena pemain saluang bisa meniup sekaligus menarik nafas bersamaan. Konon ada pemain saluang yang sanggup memainkannya semalaman tanpa henti, sampai saluang-nya pecah atau retak. Share on Facebook