Saluang adalah salah satu alat musik tiup yang unik. Untuk meniupnya saja diperlukan keahlian tersendiri, karena alat musik tradisional Minang ini terbuat dari bambu tanpa ada “reed” atau buluh yang dibuat untuk menghasilkan suara. Dengan empat buah lobang di badan saluang, pemain saluang bisa menghasilkan nada yang lebih dari 4 nada. Keunikan lainnya, pemain saluang bisa meniup saluang secara terus menerus tanpa henti, karena pemain saluang bisa meniup sekaligus menarik nafas bersamaan. Konon ada pemain saluang yang sanggup memainkannya semalaman tanpa henti, sampai saluang-nya pecah atau retak.
Jam Gadang, mungkin sudah tidak asing lagi bagi orang Minang - Sumatera Barat atau mereka yang suka traveling ataupun pemerhati sejarah. Jam yang merupakan landmark kota Bukittinggi ini dibangun pada tahun 1926, dan merupakan hadiah dari Ratu Belanda (Wilhelmina) untuk pengawas/sekretaris kota waktu itu. Pada awalnya, puncak Jam Gadang dihiasi dengan patung ayam jantan, mungkin untuk melambangkan penunjuk waktu karena ayam jantan suka berkokok dipagi hari. Pada zaman penjajahan Jepang, puncak Jam Gadang diubah menjadi Jinja (atap kuil Shinto Jepang). Setelah kemerdekaan, diubah lagi seperti sekarang ini yang menyerupai atap rumah tradisional Minang (Rumah Gadang). Jam Gadang ini dibangun dengan dana sekitar 3000 Gulden (sumber wikipedia ) dengan arsitek Yazin dan Sutan Gigi Ameh. Yang menarik disini Yazin dan Sutan Gigi Ameh itu orang mana? Satu orangkah (Yazin Sutan Gigi Ameh) atau dua orangkah (Yazin dan Sutan Gigi Ameh)? Kalau Sutan Gigi Ameh dari namanya bisa disimpulkan ada
Comments