Jam Gadang, mungkin sudah tidak asing lagi bagi orang Minang - Sumatera Barat atau mereka yang suka traveling ataupun pemerhati sejarah. Jam yang merupakan landmark kota Bukittinggi ini dibangun pada tahun 1926, dan merupakan hadiah dari Ratu Belanda (Wilhelmina) untuk pengawas/sekretaris kota waktu itu. Pada awalnya, puncak Jam Gadang dihiasi dengan patung ayam jantan, mungkin untuk melambangkan penunjuk waktu karena ayam jantan suka berkokok dipagi hari. Pada zaman penjajahan Jepang, puncak Jam Gadang diubah menjadi Jinja (atap kuil Shinto Jepang). Setelah kemerdekaan, diubah lagi seperti sekarang ini yang menyerupai atap rumah tradisional Minang (Rumah Gadang). Jam Gadang ini dibangun dengan dana sekitar 3000 Gulden (sumber wikipedia) dengan arsitek Yazin dan Sutan Gigi Ameh. Yang menarik disini Yazin dan Sutan Gigi Ameh itu orang mana? Satu orangkah (Yazin Sutan Gigi Ameh) atau dua orangkah (Yazin dan Sutan Gigi Ameh)? Kalau Sutan Gigi Ameh dari namanya bisa disimpulkan adalah orang Minang, karena "Sutan" merupakan gelar untuk orang Minang.
Setelah browsing di google dan tanya sana sini, akhirnya tidak ditemukan sama sekali siapa itu Yazin Sutan Gigi Ameh ataupun Yazin dan Sutan Gigi Ameh, hehehe. Wah, sayang sekali ya, belum ada yang bisa menelusuri sejarah Sutan Gigi Ameh tersebut. Jika ada pengunjung blog ini yang tahu siapa itu Yazin Sutan Gigi Ameh, silahkan dikomen ya...
Comments